Bantuan Sosial Tak Kunjung Datang: Rakyat Mesti Mandiri; Pemerintah Sedang Sibuk!

Bantuan Sosial Tak Kunjung Datang: Rakyat Mesti Mandiri; Pemerintah Sedang Sibuk!

Sumber Gambar : Ilustrasi oleh Tim Konten LPM Progress

LPM Progress—Sejak awal munculnya virus Corona di Indonesia pada bulan Maret, pemerintah katanya bertindak cepat dan tanggap untuk menanganinya. Memasuki pertengahan bulan April pemerintah mengambil kebijakan Physical distancing – menjaga jarak, menerapkan Work From Home (WFH), dan memberlakukan kuliah atau sekolah daring. Menyusul, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terhadap beberapa daerah yang masuk ke dalam zona merah.

 

Tak sampai di situ, pemerintah juga katanya tetap memperhatikan kesejahteraan rakyatnya dalam masa – masa  sulit. Pemerintah mengumumkan bantuan sosial untuk masyarakat yang terkena dampak Covid-19, bantuannya berupa: sembako, uang Rp600 ribu untuk 1 bulan, kartu pra kerja, pemotongan tarif listrik, dan penangguhan sementara kredit.

 

Pemerintah tentu sangat mempertimbangkan segala aspek kehidupan masyarakat dalam mengambil kebijakan untuk mencegah penyebaran virus Corona di Indonesia. Tentunya pemerintah juga telah memikirkan dampak dari diberlakukannya PSBB di daerah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi. Daerah yang notabenenya pusat perekonomian mikro dan makro, akan memiliki banyak dampak terhadap kehidupan masyarakat.

 

Sejumlah sektor pekerjaan berhenti beroperasi karena hanya diperbolehkan bekerja dari rumah, kecuali sektor berikut ini: pelayanan terkait pertahanan – keamanan, ketertiban umum, kebutuhan pangan, bahan bakar minyak serta gas, pelayanan kesehatan, perekonomian, keuangan, industri, komunikasi, ekspor – impor, distribusi, dan logistik. Seperti efek domino, bila sejumlah sektor pekerjaan enggak beroperasi, maka pedagang kecil dan toko-toko yang biasa beroperasi di area perkantoran akan kehilangan pelanggannya. Ojek online dan angkutan umum pun akan sepi order mengantar dan menjemput penumpang. Pekerja kasar, pekerja harian, dan pegawai pusat perbelanjaan kehilangan mata pencariannya.

 

Dampak dari hilangnya mata pencarian dan berkurangnya penghasilan masyarakat adalah menurunnya daya beli terhadap kebutuhan sehari-hari, seperti: sembako, dan kebutuhan primer lainnya. Jika masyarakat tak mampu membeli sembako akan berdampak pada bencana kelaparan, apalagi saat ini telah memasuki bulan suci Ramadan yang mana lebih banyak mengeluarkan biaya untuk kebutuhan berbuka puasa dan sahur.

 

Eitss, jangan khawatir pemerintah telah memberikan solusi atas permasalahan yang timbul akibat PSBB dan Physicial distancing. Tiap masyarakat yang terkena dampak tersebut akan diberikan bantuan sosial berupa sembako, bantuan langsung tunai, pemberian gratis tarif listrik (khusus 450 VA dan diskon 50% khusus pelanggan 900 VA), dan penangguhan pembayaran kredit untuk sementara. Jadi gak masalah tuh kalau mata pencarian hilang dan penghasilan berkurang, kan kehidupan masyarakat dijamin oleh pemerintah.

 

Akan tetapi, sudah hampir sebulan sejak pemerintah mengumumkan paket kebijakan bantuan sosial untuk masyarakat terkena dampak Covid-19. Warga Citayam, Kabupaten Bogor, sudah 3 minggu lalu didata oleh RT setempat, namun belum juga mendapatkan bantuan sosial yang dijanji-janjikan itu. Citayam merupakan desa di kecamatan Bojong gede, kabupaten Bogor salah satu daerah penyanggah Ibu Kota Jakarta yang penduduknya sebagian besar bekerja sebagai pekerja kasar, harian, penjaga toko, ojek online, pengendara angkutan umum, dan pedagang. Tak hanya di kecamatan Bojonggede, hampir disemua wilayah kabupaten Bogor belum mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. Bantuan sosial tersebut tersendat penyalurannya karena ada kesalahan dalam pendataan masyarakat yang mendapatkannya.

 

Nyatanya meskipun bantuan sosial tak kunjung datang, mata pencarian masyarakat hilang, dan penghasilan warga juga berkurang tapi masyarakat hingga hari ini masih bisa bertahan hidup di tengah pandemi virus Corona tanpa bantuan dari pemerintah. Mereka yang memiliki harta dan pendapatan lebih memberikan bantuan secara sukarela, baik itu berupa sembako ataupun sekedar makanan untuk berbuka puasa dan sahur. Bahkan tak jarang organisasi sosial atau kelompok masyarakat secara kolektif memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

 

Ini merupakan bukti bahwa pemerintah bukan lagi tolak ukur kesejahteraan masyarakat. Sejak dahulu saat Hindia Belanda, masyarakat kita sudah terbiasa hidup dalam tekanan dari pemerintah. Menghadapi kondisi sulit: kelaparan, perbudakan, perampasan, kejahatan, penculikan, dan wabah penyakit. Semuanya mesti dihadapi sendiri, tanpa bantuan dari pemerintah. Hanya kepedulian antar sesama masyarakat bawah yang membuat bangsa Indonesia dapat bertahan hidup dan memperjuangkan hak-haknya, tanpa berpangku tangan mengharap bantuan pemerintah Hindia Belanda.

 

Bung Karno selalu menekankan budaya Gotong-royong kepada masyarakat Indonesia dalam menghadapi segala masalah. Bung Karno juga selalu mengajarkan kepada kita untuk berdiri di atas kaki sendiri atau berdikari. Makan dari hasil kerja keras sendiri, memiliki kemandirian dalam menentukan nasib dan masa depan.

 

Oleh sebab itu, kini masyarakat Indonesia nggak usah lagi mengharapkan bantuan dari pemerintah dalam menghadapi pandemi virus Corona karena pemerintah sudah banyak tugas dan tanggung jawabnya. Masih mending pemerintah mau menyalurkan bantuan, itukan membutuhkan biaya yang enggak sedikit. Pemerintah sudah disibukan pagi, siang, dan malam mengurusi persoalan Indonesia yang banyaknya minta ampun. Pemerintah tiap hari mesti mengecek perkembangan jumlah pasien virus Corona di seluruh Indonesia. Belum lagi mengurusi banyaknya tindak kejahatan akhir-akhir ini, seperti: begal motor, pencurian, dan perampokan.

 

Pemerintah juga mesti memberikan perhatian kepada anarko yang akhir-akhir ini membuat keresahan terhadap masyarakat. Belum lagi pemerintah harus segera menyiapkan aturan dan Undang-undang yang tidak pro-rakyat. Sektor pertambangan batu bara, emas, dan sumber daya alam lainnya juga meminta perhatian lebih dari pemerintah. Tak hanya itu, Papua juga memerlukan perhatian khusus dari pemerintah agar keadaan di sana segera stabil dari ancaman Organisasi Papua Merdeka yang merongrong kedaulatan NKRI. Pemerintah juga sibuk menerima tamu para investor asing yang mau menanamkan modalnya, hal ini dilakukan demi perekonomian bangsa agar tetap stabil di tengah pandemi virus corona.

 

Masyarakat sudah dewasa dan mulai sadar untuk mengamalkan petuah pendiri bangsa Indonesia, yaitu gotong – royong dan mandiri dalam menghadapi masalah seperti saat ini. Niscaya dengan gotong-royong keadaan sesulit apapun akan bisa dilalu dengan kebahagiaan. Cepat atau lambat virus Corona akan pergi dari tanah air tercinta. Selamat bekerja pemerintah, kalian enggak perlu pusing mikirin kami ~

 

Penulis : Achmad Rizki Muazam

Editor   : Hafizh Khoiruddin