'People-pleaser', Kamu kah Salah Satunya?
Sumber gambar: hildakweisburg.com
LPM Progress — People-pleaser adalah rasa tidak "enakan" terhadap orang lain atau lebih jelasnya yaitu sebutan orang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain dengan cara apapun tanpa memikirkan dirinya sendiri. Seseorang yang menjadi people-pleaser dapat disebabkan karena memiliki trauma pada masa lalu, seperti bullying yang menyebabkan mereka tidak menjadi diri mereka sendiri dan selalu merendahkan diri di hadapan orang lain.
Dilansir dari Psychcentral, Susan Newman, seorang psikolog yang berbasis di New Jersey, menyatakan bahwa "Seorang people-pleaser ingin selalu membuat orang di sekitar mereka bahagia dan akan melakukan apa pun yang diminta dari orang tersebut dan ingin membahagiakannya. Jadi, seorang people-pleaser akan meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri. Karena menurut seorang people-pleaser, yang terpenting adalah dapat membuat orang lain senang dengan berkata “iya” atau “setuju” yang sudah dianggap sebagai kebiasaannya dan seakan-akan berkontribusi pada kehidupan orang tersebut, padahal mungkin saja bertentangan dengan apa yang ia harapkan dan berbeda pendapat dengan orang yang sedang mereka bahagiakan".
Seorang people-pleaser yang selalu setuju dengan pendapat orang lain dapat merugikan diri sendiri karena mereka tidak berani untuk menyampaikan pendapatnya yang mungkin bertentangan dengan orang di sekitarnya. Ini sering terjadi dalam organisasi, di mana seorang people-pleaser dalam mengambil keputusan selalu berdasarkan bagaimana orang lain bereaksi dan berharap keputusannya itu dapat menyenangkan banyak orang walaupun berbeda dengan keinginannya.
Seringkali, jika dimintai pertolongan, seorang people-pleaser tidak bisa berkata “tidak” sekalipun dapat merugikan dirinya sendiri, karena takut merasa orang yang meminta pertolongan akan kecewa dan menjauhinya.
Menurut Linda Tilman, psikolog klinis di Atlanta, GA, yang dilansir dari Psychcentral, mengatakan bahwa "Seorang people-pleaser akan merasa aman dan mendapatkan kepercayaan diri mereka didasarkan dengan mendapatkan persetujuan dari orang lain. Jika seorang people-pleaser tidak mendapatkan persetujuan dari orang lain mereka akan merasa cemas dan gelisah karena mereka takut tidak disukai oleh teman, keluarga, ataupun rekan kerjanya".
Selain itu seorang people pleaser juga sering merasa bersalah dan meminta maaf walaupun bukan kesalahannya karena mereka merasa tidak nyaman atas kesalahan yang tidak mereka lakukan dan seorang people-pleaser mudah untuk memaafkan agar hubungannya dengan orang lain tetap terjaga dengan baik.
Membantu orang lain dan menjadi orang yang lebih baik bukan hal yang salah. Namun, menjadi people-pleaser yang selalu mengiyakan apa yang orang lain minta justru bisa membuat seseorang tidak menjadi diri sendiri, direndahkan, dan dimanfaatkan orang lain.
Dikutip dari soco.id, selalu memaksa diri dan berusaha untuk menyenangkan semua orang bisa mengganggu kesehatan mental seseorang seperti merasa tertekan, depresi dan stress yang biasanya disebabkan karena seseorang memiliki beban yang sudah melampaui kemampuan yang dimiliki. Akibat yang lainnya yaitu seorang people-pleaser lebih mudah merasa lelah hingga jatuh sakit karena kurangnya waktu istirahat yang digunakannya untuk membantu orang lain.
Lalu bagaimana cara untuk tidak menjadi seorang people-pleaser? Ada beberapa hal yang harus dilakukan dari sekarang, yaitu:
- Mencoba untuk berkata “tidak” pada orang lain jika itu dapat merugikan diri kamu sendiri.
- Lebih berani untuk menyampaikan pendapat sekalipun pendapat kamu berbeda dengan yang lainnya.
- Selalu percaya pada diri sendiri.
- Stop hidup berdasarkan perkataan orang lain karena harus dirimu sendiri yang menentukan apa yang harus kamu lakukan.
- Jangan terlalu memikirkan pendapat orang lain tentang dirimu.
Penulis : Intan Yuninda Sari
Editor : Fadia Aulia Tsani