Percaya adalah Kunci, Belajar Esensi Bertani dari Petani Muda

Percaya adalah Kunci, Belajar Esensi Bertani dari Petani Muda

Sumber gambar: Twitter.com/tanikelana

LPM Progress — Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yang mana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani atau bercocok tanam. Namun seiring berkembangnya teknologi dan informasi, kegiatan bertani dan bercocok tanam ini kian jarang diminati terutama oleh generasi muda.

Dikutip dari cnbcindonesia.com pada Agustus 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ada penurunan pekerja di bidang pertanian, kehutanan, dan perikanan yakni sebanyak 34,58 juta orang, turun 1,12 juta atau 1,46% dibandingkan Agustus 2018.

Berbanding terbalik dengan penurunan pekerja sekaligus minat pada salah satu sektor tersebut, Jumat (12/6) salah satu akun Twitter pribadi @tanikelana menceritakan mengenai pengalamannya yang saat ini cukup jarang dimiliki oleh kalangan muda pada umumnya—yakni ketertarikannya bekerja pada bidang pertanian. Lulus akhir tahun 2019 dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada (Fisipol UGM), Maret 2020 dirinya memulai untuk pergi ke kebun dan memilih jalan menjadi seorang petani.

Melalui thread yang saat ini (26/6) memiliki 46 ribu likes dan 13,2 ribu retweets tersebut , Michael Raffy Sujono atau pria yang akrab disapa Dipa ini menceritakan bagaimana awal mula ia belajar bertani hingga sekarang. 

Selain cerita yang sudah ia tuturkan, Senin (22/6) Tim Progress mencoba menghubungi langsung melalui Direct Message (DM) Twitter untuk mengetahui lebih dalam atas pilihannya tersebut. Berikut penuturannya,

Sejak kapan Anda memiliki keinginan yang kuat untuk dapat menjadi petani? Apa alasan tersebut muncul dari kesukaan pribadi atau adakah pemicu lain?

Keinginan bertani dari kecil sudah ada, tetapi dulu masih mikir kayak teman-teman lain. Cari uang yang banyak, beli lahan baru bertani. Tetapi menyadari kalau kita tidak akan seberuntung orang tua kita, karena inflasi kenaikan lahan tidak sebanding dengan inflasi gaji kita, maka aku pesimis dengan jalan itu. Jadi akhirnya pilih langsung bertani, mungkin dengan usaha bertani, jalan ke sana lebih baik. Aku punya kecintaan terhadap alam sejak kecil, karena lahir dan besar di kampung, main di sawah dan, dulu juga Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam), sering naik gunung, lalu melihat pertanian revolusi hijau yg sangat tidak ramah ke alam, ke petani, juga ke masyarakat, aku pikir pasti ada cara lebih baik dalam bertani, dan untuk membuktikannya aku mesti melakukan itu sendiri.

Apa esensi bertani menurut Anda, sebagai pegiat tani dari kalangan muda?

Bertani adalah fondasi peradaban, petani yang paling depan dalam berhubungan dengan alam, ketika di sini bermasalah, jelas bermasalah hubungan alam dan masyarakat seperti halnya sekarang. Bertani tidak hanya menanam, tetapi ada nilai besar di sana. Menjaga penghidupan, memastikan bahwa teman dan keluarga kamu ga kelaparan, menghidupi nilai dalam diri kamu, juga kepercayaan untuk membangun sebuah dunia yang lebih adil. Adil antar manusia dan alam, adil di antara hubungan para manusianya.

Apa yang membuat Anda yakin memilih pekerjaan ini dibandingkan pekerjaan yang mungkin saat ini lebih diminati oleh anak-anak muda?

Saat ini pertanian menghadapi banyak krisis, aku merasa belum banyak anak muda yang berani terjun di bagian budidaya, mengalami langsung kerasnya dunia pertanian. Karena aku merasa sedikit punya bekal ilmu, ingin belajar banyak, dan berkembang bersama petani lain aku kira ini cara terbaik untuk bisa punya kontribusi dari ilmu yang pernah aku pelajari.

Selain mendapat dukungan dari keluarga apa motivasi terbesar Anda memilih menjadi petani muda?

Menyadari banyaknya masalah yang terjadi, dan amat sayang kalau cuma bisa komentar di sosial media tanpa melakukan apapun. Minimal aku bisa fokus di pertanian, dan percaya banyak hal yg bisa diubah dari sana.

Adakah penolakan yg Anda terima dari lingkungan terdekat, jika ada bagaimana cara Anda menyikapinya?

Belum ada atau ada tapi saya sengaja dengar dan lupa, hahaha. Beberapa kali sih kayak dibilangin buat apa bertani pasti kamu rugi, tapi toh aku percaya sama mimpiku dan memang orang pasti remehin kita kalau kita belum mengusahakan.

Pada hakikatnya, Indonesia merupakan negara kaya yang tak dipungkiri masih belum tercukupi sumber daya manusia yang mampu memajukan dan mengolah sumber daya alam yang tersedia dengan baik. Potret dari cerita Dipa atau Raffy adalah salah satu hal yang dapat memotivasi generasi muda agar terus berani dan yakin atas pilihan, baik yang telah dicita-citakan, terlebih ketika berhasil meraih gelar sarjana.

 

 

Reporter: Nurulita

Penulis: Nurulita

Editor: Astin Kho