Semangat Supriyati, Guru yang Rela Mengajar Luring di Tengah Pandemi

Semangat Supriyati, Guru yang Rela Mengajar Luring di Tengah Pandemi

Ket.Gambar : Ibu Supriyati dengan empat buku yang sudah berhasil dirampungkan.

 

LPM Progress - Badai permasalahan yang muncul akibat pandemi tidak menyurutkan dedikasi Supriyati dalam mengarungi dunia pendidikan. Ia memegang teguh filosofi guru sebagai garda terdepan pendidikan.

Supriyati, ibu dari 2 anak yang berprofesi sebagai guru sejak 1988 ini dapat menjadi panutan bagi guru di Indonesia, pasalnya di usia yang tidak lagi muda ia mampu melawan penuaan dengan berbagai inovasi dalam dunia pendidikan ditengah pandemi Covid-19 ini. Semangatnya untuk tetap mengajar dan berinovasi di tengah kebosanan menghadapi sekolah daring merupakan bentuk pengabdian Supriyati sebagai guru dalam mendidik dan mencerdaskan para murid yang ia anggap sebagai anaknya. Ia tidak akan membiarkan adanya pembodohan dan pembiaran terhadap generasi selanjutnya.

 Mengajar selama 32 tahun lantas tidak membuat Supriyati kehabisan ide untuk menghadapi rumitnya persoalan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang menimpa, seperti adaptasi dengan berbagai aplikasi penunjang PJJ dan metode untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Wanita yang juga mengemban amanah sebagai kepala sekolah ini menggunakan berbagai metode seperti menyanyi dan menari ketika dimulainya PJJ, serta menggunakan video pembelajaran yang ia buat sendiri maupun ia unduh dari internet — tentu dengan mencantumkan sumbernya. Hal itu ia lakukan untuk mengatasi kejenuhan murid-murid yang ia didik. 

Meski pandemi belum usai, terhitung sejak Juli Supriyati dan guru lain di sekolahnya tetap diharuskan hadir ke sekolahnya yaitu SD Negeri Suryakarya 01 untuk mengisi absensi. Suatu ketika, ia bertemu seorang muridnya yang bernama Rijal (bukan nama sebenarnya), murid kelas 1 itu datang menemui Supriyati dengan keinginan besar untuk sekolah dan belajar, namun memiliki kendala tidak memiliki media PJJ. Mendengar cerita Rijal membuat Supriyati tidak berdiam diri saja, ia lalu mengajarkan Rijal secara luring dengan metode home visit. Lalu dengan kapasitas nya sebagai kepala sekolah, ia memerintahkan jajarannya agar mendata seluruh murid dan mencari Rijal-Rijal lainnya.

Menjadi seorang pengajar dan kepala sekolah bukanlah sebuah profesi yang tanpa hambatan terlebih di masa pandemi ini. Kontrol guru pada murid tidak bisa secara langsung, guru sudah berusaha untuk membuat murid bahagia, tidak bosan dan antusias. Tetapi di lain sisi, ia menyesalkan perilaku orang tua yang tidak bisa membimbing anaknya di rumah. Selain kendala dalam hal kontrol guru pada murid, kendala yang ia dapati adalah belum semua murid memiliki media pembelajaran; dalam hal ini handphone, yang membuat Supriyati mengadakan home visit ke rumah muridnya yang terkendala media dengan jadwal 2 kali dalam seminggu. Sama seperti orang-orang lain, Supriyati juga memiliki kekhawatiran terhadap paparan virus corona, namun ia selalu membekali diri dengan selalu patuh protokol kesehatan dan berolahraga untuk menjaga imun tubuhnya, ia juga selalu memantau perkembangan zona di wilayah yang akan ia kunjungi.

Selama pandemi, wanita yang aktif membina ekstrakulikuler itu merasa lebih produktif. Terbukti dari lebih seringnya ia menghabiskan waktu yang luang di rumah dengan mengikut webinar dan pelatihan jangka panjang imbas tidak adanya kegiatan eksul seperti Pramuka dan Paskibra. Tidak hanya itu, selama pandemi ia telah menghasilkan berbagai buku, hingga saat ini ia telah merampungkan 4 buku , yang terbaru adalah buku antologi yang sudah sampai tahap layout dan hanya menunggu proses cetak. Buku yang ia tulis adalah buku-buku tentang pendidikan, salah satu judulnya adalah “Menulis Tidaklah Sulit”.

Guru Bahasa Indonesia itu berpesan untuk seluruh guru di Indonesia dalam menghadapi persoalan pembelajaran daring agar terus mencoba, sebab tidak ada kata tidak bisa jika belum mencoba juga harus terus mengasah kreatifitas untuk berinovasi. Ia pun mempunyai dua kata penyemangat yang membuatnya terus bangkit, kata itu adalah Jangan Pasrah!

 

Reporter : Muhamad Fasha

Penulis : Darmawan

Editor: Syntha Dolok