Sering Berbohong? Bisa Jadi Kamu Termasuk “Pathological Liar”
Sumber gambar: Ilustrasi oleh Larashati Crita Annisa Siswoyo
LPM Progress–Pathological lying atau bohong patologis adalah sebuah kebiasaan berbohong yang terjadi secara alami layaknya bernapas yang dilakukan setiap detik selama masih bernyawa. Istilah tersebut disebutkan oleh Veronica Adesla selaku psikolog klinis.
Pathological lying ditandai dengan adanya pola perilaku berbohong secara berlebihan, yang dilakukan dengan gigih dan kompulsif. Perilaku tersebut kemudian menjadi gaya hidup, dan mengarah pada gangguan dalam berfungsi di kesehariannya, baik dalam area sosial, area pekerjaan, area keluarga maupun area lainnya. Ciri utama kebohongan patologis ini adalah tidak memilikinya motivasi yang jelas akan tindakan berbohongnya, sehingga terjadi tanpa alasan yang jelas juga, dan tampaknya tidak menguntungkan individu itu sendiri.
Ada empat kriteria yang menentukan pola perilaku, pikiran, dan perasaan sebagai pathological liar juga sebagai pembeda bohong lainnya dengan bohong patologis. Seperti yang pertama ada atipikal, mereka (pathological liar) berbohong lebih daripada umumnya atau sangat berlebihan. Maladaptif, mereka menyebabkan adanya masalah dalam hidupnya karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penderitaan, mereka menyebabkan tekanan emosional. Bahaya, mereka menciptakan risiko bahaya atau kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain.
Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) tidak ada diagnostik khusus untuk pathological lying sebagai diagnosa yang berdiri sendiri bahwa ia adalah gangguan. Tapi pathological lying ini termasuk di dalam fitur-fitur gangguan kepribadian, ia hanya muncul sebagai fitur di dalam gangguan kepribadian, tetapi bukan termasuk gangguan kepribadian seperti pada Borderline Personality Disorder (BPD), Antisocial Personality Disorder (APD), Histrionic, dan Narcissistic Personality Disorders (NPD).
Ciri pathological lying dalam gangguan kepribadian pada Borderline Personality Disorder (BPD) atau gangguan kepribadian ambang adalah memiliki identitas yang tidak jelas, “Secara pemikiran mudah terdistorsi, terganggu antara reality atau bukan, jadi akan membangun asumsi sendiri. Karena terdistorsi realita, ia membangun hipotesa, tapi hipotesa ini kemudian diyakini sebagai benar, kayak membangun sebuah dugaan yang sebenarnya secara realita tidak terbukti tapi ia merasa itu benar. Nah itu kan di situ ada pathological lying,” jelas Veronica Adesla saat ditemui di kediaman praktiknya (02/03).
Sementara contoh kebohongan di dalam gangguan kepribadian Antisocial Personality Disorder (APD) atau gangguan kepribadian antisosial, mereka cenderung berbohong atau menipu untuk keuntungan sendiri. Ia juga menambahkan, “Jadi untuk keuntungan dia, makanya dia bohong, dia nipu. Yang namanya APD kan selalu berhubungan dengan hukum, entah ia terjadi penipuanlah atau apalah, itu kan ciri-cirinya, nah di situ terjadi kebohongan. Tapi bedanya, dia itu jelas untuk mendapatkan gain something, untuk mendapatkan profit untuk diri sendiri. Keuntungan untuk diri sendiri ataupun kesenangan diri sendiri, itu kalau antisocial personality disorder,”
Selanjutnya ada Histrionic dan Narcissistic Personality Disorders (NPD) atau gangguan kepribadian narsistik. Menurut keterangannya, untuk Histrionic sendiri adalah karakter dengan drama mencari perhatian. Sementara narsistik akan menceritakan kisahnya dengan alasan peningkatan diri untuk meningkatkan egonya pada persetujuan orang lain. Kebohongan ini dilakukan untuk mendapatkan perhatian.
"Sebenarnya pathological lying itu, orang ini tahu ia bohong, ia tahu ia bohong, nah ya cuman itu tadi ya, kalau habitual itu udah kayak bernapas, jadi kayak keluar aja, makanya itu disebut pathological,” tutur Veronica.
Ia menambahkan bahwa pathological lying ini juga bisa terjadi pada anak-anak, orang yang memiliki pencitraan diri kurang, mencari perhatian, memiliki pengembangan trik kebohongan, dan tidak diatasi atau tidak adanya konsekuensi. Ketika dewasa akan berpotensi menjadi penipu, pembohong dan akan terindikasi sebagai pathological lying. Untuk mengetahui seseorang termasuk pathological lying atau tidak, tentunya kita perlu mengecek kembali data kebenarannya dengan sumber-sumber yang terpercaya. Masalah akan terjadi, bila kebohongan dipercaya atau dipegang dan orang bertindak atas dasar informasi yang salah.
Psikolog klinis Veronica juga membeberkan cara mengatasi si pathological liar. Jangan serta-merta percaya dengan apa yang dibicarakan mereka, tapi selalu periksa kembali data empirisnya. Kedua, tidak usah terlalu terpicu pembicaraan yang menyebabkan kita ikut emosional. Ketiga, tidak perlu memperkuat kebohongan tersebut.
Selain itu, ia juga menjelaskan cara mengatasi pathological lying bila terjadi pada diri sendiri, hal yang bisa dilakukan adalah dengan tidak menyimpulkan atau mendiagnosis diri sendiri. Cari bantuan ke psikolog maupun psikiater untuk dicari tahu kebenarannya. Selanjutnya bisa melakukan terapi secara klinis untuk lebih kenal dengan diri sendiri. Metode pengobatan pada pathological liar adalah pemeriksaan oleh psikolog klinis atau psikiatris. Dengan ini maka penanganan yang diberikan merupakan penanganan psikoterapi, meditasi, penanganan psikofarmakologi, dan obat-obatan untuk membantu mengobati secara perlahan.
Penulis: Larashati Crita Annisa Siswoyo
Editor: Dwi Kangjeng