Look Back: Pencarian Jati Diri, Tragedi, dan Ambisi untuk Terus Berkarya

Look Back: Pencarian Jati Diri, Tragedi, dan Ambisi untuk Terus Berkarya

sumber gambar: Lookback

 

 

Penciptaan karya seni adalah kegiatan yang dilakukan dalam kesunyian, duduk membungkuk sendiri ditemani lampu belajar dengan waktu yang lama. Sebagaimana Look Back, film animasi Jepang menyatakan bahwa pembuatan karya seni adalah kesibukan yang melelahkan dan penuh dengan rasa kesepian.

Look Back merupakan film animasi berdurasi 58 menit ini, diadaptasi dari komik one-shot karya Tatsuki Fujimoto dan dikenal melalui serial anime Chainsaw Man. Film ini disutradarai oleh Kiyotaka Oshiyama. Film ini menceritakan kisah tentang seorang siswi bernama Ayumu Fujino yang gemar membuat komik untuk buletin sekolah dalam mengisi waktu luangnya. Ayumu Fujino sangat bangga dan percaya diri terhadap karyanya.            

Kepercayaan diri dan rasa bangga Ayumu seketika berubah, saat Kyomoto siswi penyendiri jarang masuk sekolah menerbitkan karya komiknya di samping karya Fujino. Karena hal itu, Fujino merasa tersaingi dan berusaha keras untuk menyaingi Kyomoto hingga mengorbankan kehidupan sosial dan kesehatan mentalnya. Persaingan ini menjadi awal pertemuan Fujino dan Kyomoto yang berkembang menjadi persahabatan yang saling menginspirasi. Dalam hubungan tersebut, keduanya saling memberi dukungan untuk meningkatkan keterampilan hingga berkolaborasi menciptakan komik bersama.

Konflik besar dimulai ketika Kyomoto memutuskan untuk meninggalkan Fujino demi mengejar pendidikan seni dan sebagai titik awal perpisahan. Belum selesai rasa kehilangan ditinggal rekan, kesedihan Fujino semakin bertambah ketika mendengar kabar meninggalnya Kyomoto karena serangan yang terjadi di kampusnya. Berita meninggalnya Kyomoto memberikan duka mendalam bagi Fujino karena rasa bersalah telah memberikan motivasi dan inspirasi Kyomoto untuk mengejar karirnya di sana.

Saat Fujino pergi mengunjungi rumah Kyomoto, di sana ia menemukan strip komik yang menjadi motivasi bagi Kyomoto menimba ilmu di luar. Tanpa berpikir panjang, Fujino merobek strip komik karena menganggap menjadi penyebab Kyomoto keluar rumah, hingga akhirnya meninggal. Fujino menangis pilu dan berandai, andai ia tidak mengajak Kyomoto menggambar bersama, mungkin saat ini sahabatnya itu masih hidup.

Momen ini membuat Fujino mempertanyakan apa yang membuatnya terus menggambar, meskipun sering kali menyebabkan sakit hati. Fujino tidak memberikan jawaban langsung atas pertanyaan di atas. Namun, film ini kemudian menampilkan montase penuh kehangatan, menggambarkan momen Fujino dan Kyomoto menciptakan komik bersama. Tanpa perlu mengatakan apapun, kita dapat memahami dengan jelas bahwa Fujino terus menggambar komik bersama Kyomoto.

Secara visual, Look Back menampilkan gaya khas Tatsuki Fujimoto dengan garis kasar (line art) dan animasi yang ekspresif. Visualisasi tersebut, berhasil menyampaikan emosi setiap karakter dari gerakan tangan, hingga ekspresi wajah dan di dukung dengan seperti alunan piano dan biola yang melengkapi suasana hati secara sederhana namun, tetapi menyentuh hati penonton.

Salah satu kekurangan yang terasa dalam Look Back adalah durasinya yang relatif singkat, hingga beberapa momen penting terasa berlalu terlalu cepat. Transisi waktu menuju masa dewasa para karakter juga terasa mendadak, membuat penonton harus menyesuaikan diri dengan perubahan besar dalam cerita. Namun, dengan kesederhanaan ceritanya Look Back tetap dengan mudah melekat di hati penonton. Terutama bagi seniman yang sering merasa ragu terhadap kemampuan dirinya. Film ini berhasil mengemas perjalanan emosional yang mendalam dengan menghadirkan kisah persahabatan, kehilangan, dan cinta terhadap seni.

 

 

Penulis: Raka Gemilang

Editor: Khoiru Nisa