Tips Menulis Cerita Tentang Perjalanan Agar Menarik
Keterangan foto: Kelas menulis cerita tentang perjalanan oleh Qaris Tajudin dari Tempo, pada acara Travel Addict Festival, Sabtu (7/9).
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” (Pramoedya Ananta Toer).
Sejak kecil, semua orang pasti sudah diajarkan untuk menulis. Pada saat di bangku sekolah, kita telah belajar menulis, membaca, dan berhitung. Hingga besar pun, ketika tidak sekolah lagi atau saat bekerja, manusia masih tetap melakukan aktivitas menulis. Baik itu menulis catatan pribadi, maupun hal penting lainnya. Menulis merupakan aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan, dan kegiatan ini dapat dilakukan kapan pun serta di mana pun.
Terdapat banyak jenis dan bentuk penulisan, salah satunya yang sedang menjadi tren di kalangan anak muda adalah menulis tentang cerita perjalanan. Umumnya, mereka akan pergi ke tempat destinasi wisata dan mulai mengabadikan kisahnya untuk kemudian dibagikan kepada banyak orang melalui media sosial, blog, atau cetak. Mungkin Anda salah satunya, tapi di sisi lain Anda bingung bagaimana cara bercerita dan menulis yang dapat menarik minat pembaca.
Agar tulisan Anda menarik dan tidak membosankan, editor tulisan perjalanan Tempo, Qais Tajudin dalam acara “Travel Addict Festival” yang diselenggarakan oleh Tempo Institute memberikan beberapa tips yang dapat membantu anda. Berikut ini, empat di antaranya :
1. Bukan menulis destinasi, seperti; Karimun Jawa.
Jika dua atau tiga orang pergi ke Karimun Jawa dan semuanya menulis tentang tempat Karimun Jawanya itu, akan terjadi hal yang sama. Karena bercerita tempat tidak akan pernah berubah. Menurut Qais, menulis destinasi akan membosankan.
“Yang ditulis adalah orang atau manusia, maka jadinya akan beda,” katanya di Jakarta pada Sabtu, 7 September 2019 dalam kegiatan kelas menulis.
2.Menulis manusia.
Lebih baik menulis aktivitas dari manusia yang ditemui saat perjalanan, daripada menulis benda mati seperti tempat. Hal ini akan menjadi unik dan menarik karena setiap orang akan menemui peristiwa yang berbeda-beda pada waktu masing-masing. Walaupun tempat yang dikunjungi sama, namun kejadian yang ditemui pasti berbeda.
“Ruangan ini kekosongan di antara dinding-dinding. Jadi, dinding-dinding ini di tengah-tengahnya ada ruang, tapi tentang manusia yang ada di dalam ruangan itu,” ujar Qais.
Misal menulis tentang wine. Jika terfokus pada winenya, seperti bagaimana rasa winenya dan bagaimana cara membuatnya? Itu akan mendapatkan hasil tulisan yang sama. Karena rasa dan cara membuat wine kurang lebih sama, tidak ada bedanya. Untuk menuliskan itu semua, paling tidak sekitar tiga paragraf selesai dan akan terdapat banyak kesamaan antara satu tulisan dengan tulisan lain.
Agar lebih unik dan menarik, menurut Qais menulislah tentang orang-orang dibalik wine itu, bagaimana mereka menciptakannya, latar belakang dari pembuatnya, bagaimana orang-orang yang menyukainya, serta bagaimana orang yang menjualnya.
“Pokoknya semuanya terkait dengan manusianya. Sehingga ketika dia menuliskan tentang manusianya, tulisannya jauh lebih berwarna. Ada yang jenaka,” kata Qais.
3.Lengkapi tulisan dengan dimensi sejarah, sosial, dan budaya.
Setiap kehidupan manusia dan lingkungan tidak akan terlepas dari sejarah, sosial, dan budaya. Hal ini perlu ditulis dalam sebuah tulisan tentang cerita perjalanan. Menurut Qais, sejarah, sosial dan budaya akan lebih memperkaya tulisan kita agar tidak membosankan. Namun yang perlu diperhatikan dalam menulis tiga aspek tersebut, tidak semua sejarah. Tidak semua sosial dan budaya. Dalam tulisan tentang perjalanan Anda, perlu dipilih mana yang berkaitan dengan cerita tentang perjalanan Anda.
“Tapi kalo bisa, jangan seakan-akan kita sok tau. Jangan kemudian karena kita udah baca referensi banyak banget kemudian semua mau dimasukin, jadi keliatan sok tau. Yang dimasukin, yang ada kaitannya aja,” katanya.
4.Perbanyak kesan dengan cerita.
Dalam menulis tentang cerita perjalanan, agar lebih menarik kita juga dapat menambahkan kesan-kesan mengenai tempat, lingkungan, sosial, dan budaya sekitar. Tetapi, supaya tidak bias, sebaiknya kesan tersebut disampaikan melalui cerita.
Misal, air terjun itu sangat indah. Indah itu adalah kata sifat. Bisa jadi definisi indah penulis dan pembaca memiliki makna yang berbeda. Maka untuk menghindari bias tersebut lebih baik kita mendeskripsikan tentang air terjun itu—agar pembaca yang akan menilai, apakah air terjun itu indah atau tidak?
“Misalnya Anda bercerita bahwa ada wanita cantik yang ditemui. Definisi cantik setiap orang itu berbeda sehingga bagi mereka yang tidak menganggap wanita itu cantik, menjadi tertipu,” tutur Qais.
Penulis : Achmad Rizki Muazam
Editor : Nurulita