Adaptasi Lakon Kebo Nyusu Gudel, Seni Ranggon Sastra Menyampaikan Keresahan
Sumber gambar: Dok/LPM Progress/Astin Kho
LPM Progress - Sabtu (23/7), Komunitas Ranggon Sastra sedang mengadakan pertunjukan teater di Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Jakarta. Pertunjukan yang dilaksanakan di lantai 2 Perpusnas ini berjudul Kebo Nyusu Gudel karya Dheny Jatmiko. Dalam pribahasa Jawa, Kebo Nyusu Gudel memiliki arti orang tua yang diasuh oleh anaknya.
Pertunjukan yang disutradarai oleh Al Reza Marani dan asisten sutradara Muhammad Afif Permana, menceritakan seorang kakek pensiunan tentara yang mengalami kepikunan. Tokoh kakek di sini diceritakan tidak dapat membedakan realita dengan kejadian saat ia masih menjadi seorang tentara.
Pemilihan lakon Kebo Nyusu Gudel dalam melaksanakan progam Pentas Juli Ranggon Sastra, menyoroti fenomena para pemuda yang menyuarakan pendapatnya hanya untuk eksistensi saja. Selain menyoroti fenomena tersebut, Ranggon Sastra dengan seni teaternya mencoba untuk menyampaikan apa yang disuarakan dan diresahkan oleh pemuda-pemuda itu.
"Sebenarnya ini ada halnya di mana yang kita lihat di lingkungan, masih banyak pemuda yang ketika bersuara hanya bombastisnya saja. Dalam arti, maknanya sedikit. Di lain sisi juga, kita menayangkan kehidupan yang disuarakan oleh pemuda itu," jelas Afif.
Cerita yang dimainkan oleh oleh Bob Soelis, Okky Olivia, Tiara Mega, Fajar Shodiq, Ilhan Manziz, dan Aby Guna Darma ini memakan waktu satu setengah jam. Dalam mempersiapkan pertunjukan Kebo Nyusu Gudel, para pemain berlatih sejak bulan Maret lalu.
"Mulai proses dari bulan Maret," ujar Bob Soelis, pemeran tokoh Kakek.
Meski lakon ini sempat dimainkan sebelumnya, namun pertunjukan tunggal Ranggon Sastra ini tidak sepi peminat. Hal ini terlihat dengan terjualnya 103 tiket yang telah terdaftar, selain itu Ranggon Sastra pun masih menjual tiket di tempat (On The Spot).
Pertunjukan Kebo Nyusu Gudel mendapatkan respon yang positif dari penontonnya. Selain menikmati pertunjukan, penonton yang hadir pun memuji akting para pemain dan seluruh pertunjukan yang berlangsung.
"Bagus. Penyusunan tertata, akting bagus, ekspresi bagus. Terus pemainnya keren-keren banget," jelas Marika, salah satu penonton.
Sependapat dengan Marika, Ade Pratama, juga memuji para pemain, "Dari pemainnya terlihat terlatih, jadi kita seperti melihat pemain yang sudah profesional juga," ucap Ade.
Pertunjukan yang diselenggarakan oleh Ranggon Sastra bukan hanya meninggalkan kesan baik pada penontonnya, namun juga menuai doa. Para penonton berharap Komunitas Ranggon Sastra dapat terus berkarya dan semakin berkembang.
Penulis: Astin Kho
Editor: Shalsa Bila Inez Putri