No Bra Day, Dukung untuk Lebih Peduli Terhadap Kesehatan Payudara Bukan Justru Dilecehkan
Sumber gambar : khairulleon.com
LPM Progress – Kemarin, tagar #NoBraDay menjadi trending topic di media sosial twitter sejak pagi. Maklum saja 13 Oktober, memang menjadi sebuah tanggal penting yang dijadikan simbol untuk lebih peduli terhadap pencegahan kanker payudara. No Bra Day sendiri merupakan sebuah gerakan untuk perempuan lebih peduli terhadap kesehatan payudara dengan tidak menggunakan bra selama sehari. Gerakan itu berawal dari Kanada sejak tahun 2011 dan segera saja meluas dan diikuti banyak orang dari berbagai negara.
Dikutip dari tirto.id, merujuk data yang dipaparkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 31 Januari 2019, terdapat angka kanker payudara 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Data ini baru merujuk kasus kanker payudara di Indonesia saja, belum merujuk kasus kanker payudara di dunia. Hal ini yang membuat No Bra Day terus berkembang dan disosialisasikan oleh penggiat peduli kesehatan. Sayangnya, No Bra Day banyak disalahgunakan oleh banyaknya oknum untuk melakukan pelecehan seksual.
Sebuah gambar berupa capture chat diposting oleh akun @thesecretofpeh dan @baebaekll yang berisikan seorang teman meminta PAP (Post a Picture) payudaranya. Fenomena lain yang terjadi pada No Bra Day adalah banyaknya foto-foto perempuan yang mengunggah foto tanpa menggunakan pakaian atas dan hanya ditutupi sticker pada payudaranya. Hal itu dilakukan oleh sebuah akun dengan nick @CintyaLubis6 yang mengunggah foto payudara yang hanya berwarna hitam putih dan ditutupi oleh stiker. Ketika diwawancarai melalui direct message di twitter, pengguna akun @CintyaLubis6 tidak merasa takut fotonya disalahgunakan karena tidak ada foto wajahnya dalam foto tersebut. Dirinya sendiri pun mengakui, bahwa dirinya sudah tahu sejak lama namun baru mengikutinya tahun ini.
Baca juga : Pembuat Konten Dewasa Diantara Passion, Profesi dan Pelecehan Seksual yang Dialami
“Iya, No Bra Day itu setahu saya, untuk mendukung teman-teman yang lagi berjuang menghadapi kanker payudara. Saya juga baru ikut tahun ini sih, dan ikut karena melihat tagar #NoBraDay,” jelas perempuan dengan nick @CintyaLubis6.
Kejadian pelecehan seksual di media sosial bukanlah hal baru, akan tetapi viralnya postingan chat berisikan PAP payudara dengan dalih No Bra Day adalah modus baru. Meskipun asal chat berasal dari orang yang dikenal dan seperti bercanda, akan tetapi, itu merupakan bagian dari Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). Ellen Kusuma, dari Safenet sendiri mengatakan bahwa dirinya sudah menduga ketika tahu hari ini adalah No Bra Day akan ada kekerasan seksual yang terjadi.
Sumber gambar: twitter/@thesecretofpeh
“Ini sebenarnya menunjukkan bahwa di Indonesia, masih banyak orang yang belum teredukasi tentang gender dan seksualitas, dan masih terkooptasi dengan budaya patriarki yang terbiasa dengan male gaze dan mengobjektivitas tubuh perempuan, Mas,” jelas Ellen yang juga fokus terhadap kasus-kasus Kekerasan Seksual Berbasis Gender Online.
Lebih lanjut Ellen mengatakan bahwa, yang menyalahgunakan media sosial adalah pelaku, tetapi pelaku bisa melakukan hal itu karena bisa saja belum paham tentang kekerasan yang membuat seseorang tidak nyaman, aman dan mengalami trauma. Pemahaman tentang bijak menggunakan media sosial akan datang dari pemahaman dan pengetahuan bagaimana sistem kerja media sosial. Karena itu menyuarakan literasi digital masih harus dilakukan yang tidak tunggal, tetapi juga interseksional.
Selain itu, No Bra Day merupakan sebuah trend yang baik untuk perempuan. Bukan hanya memberikan dukungan terhadap mereka yang terkena kanker payudara, tetapi juga membuat perempuan menjadi lebih peduli terhadap kesehatan payudara. Munculnya No Bra Day memberikan sebuah harapan pada perempuan untuk membiasakan perempuan lebih dekat dan mengenal dirinya sendiri ataupun body positivity. Hal ini serupa dengan yang dijelaskan oleh Vebrina Monicha, Penggiat Isu Kemanusiaan, menurutnya No Bra Day menambah meluas tujuannya yaitu tentang Body Positivity yang harusnya membuat perempuan menjadi percaya diri terhadap dirinya sendiri.
“…dan juga jadi normalisasi payudara perempuan, selama ini payudara perempuan dijadikan objek seksual. Nah, dengan adanya gerakan #NoBraDay ini, teman-teman perempuan berharap masyarakat luas mulai bisa ‘menerima’ dan tidak risih terhadap payudara perempuan, maksudnya ya kayak, ya sudah gitu, itu organ tubuh. Bukan suatu hal yang spesial, apalagi saking spesialnya sampai bisa dijadikan objek seksual seseorang,” jelasnya Veb, Sapaan Akrab Vebrina Monicha.
Ketika Veb, tahu bahwa No Bra Day tahun ini banyak dihiasi dengan becandaan seksis yang juga melecehkan. Dirinya menganggap mereka yang mempermainkan dan menjadikan No Bra Day tidak memahami konteks dari gerakan tersebut. Selain itu, No Bra Day diidentifikasi ke perempuan karena salah satu faktor penyebab kanker payudara adalah penggunaan Busted Houder atau yang akrab disebut BH. Meski begitu, Veb, berharap bahwa pelecehan yang terjadi pada No Bra Day tidak membuat para perempuan berhenti menyosialisasikan Body Positivity dan jika mengalami kekerasan seksual harus berani speak up dan melawan.
Penulis: Yazid Fahmi
Editor: Mahyuni Eka Putri