Diterpa Isu Hoaks, Sebagian Masyarakat Menolak Vaksinasi, Muhdor Ali: Jangan Terprovokasi

Diterpa Isu Hoaks, Sebagian Masyarakat Menolak Vaksinasi, Muhdor Ali: Jangan Terprovokasi

Ilustrasi: finance.detik.com

 

LPM Progress — Hari ini, tepat setahun sejak kasus pertama virus corona di Indonesia diumumkan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan (02/03/2020). Hingga berita ini diterbitkan, jumlah kasus terkonfirmasi positif virus corona menjadi 1.347.026, sembuh 1.160.863, dan meninggal sebanyak 36.518 kasus.

Sebagai upaya pemberantasan Covid-19 di Indonesia, pemerintah kini sedang memprogramkan vaksin kepada warganya secara bertahap. Setelah Presiden Joko Widodo sebagai orang pertama yang divaksin jenis Sinovac pada 13 Januari 2021 lalu, vaksinasi tahap pertama diprioritaskan untuk tenaga kesehatan (Nakes) dan staf pemerintahan. Sedangkan vaksinasi tahap 2 sudah dimulai pada Rabu (17/02) yang disasarkan bagi pekerja publik dan warga lanjut usia (lansia) diatas 60 tahun.

Namun, tidak sedikit warga Indonesia yang masih takut akan risiko buruk vaksinasi. Mengutip dari iNews.id (19/02), warga satu dusun di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur bersembunyi di hutan karena takut disuntik vaksin Covid-19. Selain takut jarum suntik, mereka memilih bersembunyi karena telah termakan berita bohong (hoaks) terkait dampak vaksin.

Hingga 17 Februari 2021, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menemukan total 109 isu hoaks tentang vaksin yang beredar di masyarakat.

Rafi Raihan, seorang freelancer asal Bekasi, Jawa Barat. Ia menolak untuk divaksin dikarenakan pengalaman buruknya terhadap media massa. Rafi mengaku sulit menemukan kebenaran akan informasi yang kerap disampaikan. Ketidakpercayaannya kepada media, membuat Rafi belum yakin mengenai informasi apapun tentang vaksin Covid-19.

"Tidak terlalu memperdulikan (hoaks), karena saya sendiri orang yang menolak vaksinasi," ungkap Rafi Raihan, ketika ditanya tentang sikapnya menghadapi adanya isu hoaks tentang vaksinasi virus corona.

Dalam kasus Rafi, hoaks tentu sangat tidak membantu proses kelancaran vaksinasi. Hoaks menarik masyarakat untuk semakin ragu bahkan menolak untuk divaksin. 

Muhdor Ali selaku Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Hanura Jawa Timur juga mengaku telah menerima suntikan vaksin tahap pertama ini. Ia juga menanggapi perihal isu-isu yang menyebabkan masyarakat menjadi takut atau ragu divaksinasi, yakni dengan mengimbau masyarakat untuk tidak terprovokasi dalam hal apapun.

Menurutnya, vaksinasi ini sangatlah penting untuk masyarakat dalam berperang melawan virus corona. Namun, Muhdor menyayangkan ada beberapa kelompok masyarakat yang menyuarakan pendapat tidak berdasar yang tentunya akan menghambat proses vaksinasi di Indonesia.

“Jangan terprovokasi. Memang setiap orang berhak menyuarakan pendapatnya, namun tidak dalam konteks provokasi untuk mengajak kontra dalam hal apapun. Kita ini negara demokratis, semua orang berhak menyuarakan pendapatnya asalkan tidak melanggar peraturan,” tegas Muhdor. 

Di samping beredarnya isu-isu hoaks mengenai efek samping dari vaksin Covid-19, Amanda, salah satu mahasiswi Universitas Siliwangi jurusan Biologi akan turut berpartisipasi mendukung penuh program vaksinasi ini dengan kesediaannya menerima suntikan vaksin Sinovac.

“Ya, saya akan tetap ikut menjalani proses vaksinasi. Dikarenakan seperti yang telah kita ketahui, bahwa vaksin Sinovac ini memiliki nilai efikasi sebesar 65,3% dalam menurunkan kejadian infeksi Covid-19. Banyak yang salah kaprah mengenai nilai efikasi tersebut. Jika kita analogikan, bayangkan ada 100 juta penduduk Indonesia. Bila tanpa vaksinasi ada 8,6 juta yang bisa terinfeksi, jika turun 65% dengan vaksinasi, maka hanya 3 juta penduduk yang terinfeksi dimana selisihnya adalah 5,6 juta jiwa. Itu artinya, ada sekitar 5,6 juta jiwa yang dapat dicegah dari infeksi virus tersebut,” terang Amanda.

Meskipun para pejabat negara dan tenaga medis sudah divaksin terlebih dahulu, masih ada masyarakat yang percaya dengan berita hoaks. Ini menjadi tugas penting bagi pemerintah agar lebih memperbanyak cara untuk menyosialisasikan kepada masyarakat jika vaksinasi itu penting. Begitupun dengan masyarakat yang harus lebih sadar betapa pentingnya program vaksinasi sebagai upaya agar pandemi Covid-19 di Indonesia cepat berakhir.

 

 


Penulis: Abdullah Hamid

Editor: Mutiara Puspa Rani