Menguak Budaya Patriarki Melalui Buku Perempuan di Titik Nol

Menguak Budaya Patriarki Melalui Buku Perempuan di Titik Nol

Sumber gambar : riskaika38.wordrepress.com

 

 

Judul Buku : Perempuan di Titik Nol

Penulis : Nawal el-Saadawi

Penerbit : Yayasan Pustaka Obor

Cetakan: kedua belas, Januari 2017

Tebal buku : 176 halaman

ISBN : 978-602-433-438-3

 

Buku yang ditulis oleh Nawal el-Saadawi ini berkisah tentang seorang perempuan bernama Firdaus. Sosok perempuan yang mengalami ketidakadilan dalam budaya patriarki. Ia adalah seorang perempuan yang lahir dari sejarah yang bias dan dibentuk oleh masyarakat yang menganggap laki-laki sebagai makhluk superioritas, sehingga membuat perempuan dianggap sebagai jenis kelamin inferior.

Firdaus lahir dari keluarga miskin, hidupnya telah hancur sejak kecil, keperawanannya diambil teman kecilnya dan pamannya sendiri. Sementara ayahnya merupakan seorang egois, pemarah, yang hanya memikirkan perutnya sendiri. Firdaus, saudara-saudaranya, dan ibunya tak lebih dari para budak bagi ayahnya, mereka secara tidak pantas dieksploitasi. Semua laki-laki yang dia jumpai dan berkata ingin melindunginnya, pada akhirnya hanya akan memeras tubuhnya saja. Sehingga ia beranggapan bahwa setiap perempuan adalah pelacur dalam satu atau lain bentuk.

Melalui kisah Firdaus, Nawal menguak sebuah alur cerita pedas, keras, dan berani yang mengandung jeritan pedih serta penolakan pada perlakuan tidak adil terhadap perempuan yang diderita, dirasakan, dan dilihat oleh perempuan itu sendiri.

Nawal mengisahkan liku-liku kehidupan Firdaus dari masa kecilnya di desa hingga menjadi pelacur kelas atas di kota Kairo. Ia divonis hukuman gantung karena telah membunuh seorang germo laki-laki. Dia dipenjara di ruang tahanan yang sempit dengan jendela yang kecil untuk penjaga yang sewaktu-waktu memeriksannya. Hebatnya, ia menolak segala macam bantuan berupa pengajuan peringanan,  bantuan dari pengacara-pengacara bahkan pengampunan dari seorang raja atau presiden. Firdaus juga menolak segala kunjungan termasuk kunjungan Nawal. Tanpa diduga, Firdaus akhirnya mengizinkan Nawal untuk masuk, dan dimulailah perjalanan hidup Firdaus hingga kisah yang membawanya duduk di sel penjara sambil menunggu waktu kematiannya.

Melalui buku ini Nawal el-Saadawi ingin menyadarkan bahwa pembebasan kaum perempuan dari budaya patriarki dan ikatan sistem sosial yang ada hanya bisa dilakukan oleh kaum perempuan itu sendiri. Perempuan harus bisa memulainya dari pribadi masing-masing dan terbebaskan serta berani menyingkap dinding pikiran mereka dari kesadaran semu dan sikap lemah yang selama ini terikat. Dengan kesadaran baru pada diri perempuan inilah yang membuat kaum perempuan tidak berbeda dengan kaum lelaki.

Inti cerita Fidaus juga menjadi tanda tentang bagaimana perempuan untuk tidak menanti para laki-laki, sadar akan perbuatan subordinasi dan ideologi sinisnya terhadap perempuan. Namun, perempuan harus bangkit melawan berbagai ketidakadilan pada dirinya.

Novel ini menarik untuk dibaca secara keseluruhan, sebab akan memberikan kesan yang mendalam bagi pembaca khususnya kesadaran secara intelektual terhadap segala bentuk ketidakadilan yang menyebabkan tokohnya memasuki episode kelam dalam hidupnya. Dengan membaca novel ini juga akan mewujudkan kesadaran secara bersama terhadap banyaknya perempuan yang mengalami kondisi fisik dan mental yang tertekan. Sedangkan kekurangannya ialah terletak pada penggambaran sangat terang-terangan tentang penyimpangan seksual  sehingga harus disesuaikan dengan umur pembaca.

 

Penulis : Puput Oktaviani

Editor : Yulia Ningsih