Single Story: Sel Terbentuknya Berita Bohong

Single Story: Sel Terbentuknya Berita Bohong

Sumber gambar : rovien.com

LPM Progress  — Single story atau cerita tunggal merupakan cerita yang didapat dan diterima dari salah satu sumber ataupun dari satu pendekatan saja. Kita mungkin mengabaikan kisah dengan sudut pandang lain sebagai pembeda, sehingga menganggap single story tersebut sebagai kebenaran. Semakin panjang mata rantai single story, semakin besar kemungkinan menutup pandangan seseorang bahwa single story tidak selalu mengandung kebenaran. Tanpa kita sadari, beberapa dari kita pernah terlibat dalam single story. Sebagai contoh dalam lingkup terdekat, seorang teman dengan tiba-tiba berkata

"Eh, tahu nggak? Si A itu ternyata blablabla,"

Tanpa mendengar pendapat lain mengenai hal tersebut, kemudian meyakini bahwa itu merupakan kebenaran. Sehingga mengakibatkan berubahnya cara pandang kita terhadap A. Padahal, belum tentu cerita tersebut adalah sebuah fakta. Di sini letak poin utamanya, betapa single story sangat rentan mengubah pandangan seseorang mengenai kebohongan yang kemudian menjadi kebenaran permanen.

Salah satu orang yang melakukan single story adalah Goebbels. Dikutip dari wikipedia.org, Paul Joseph Goebbels lahir pada 29 Oktober 1897 di Rheydt distrik Ruhr. Goebbels merupakan pendukung utama Hitler juga pendukung gerakan anti-Semit aktif. Hitler memberinya posisi sebagai Menteri Penerangan Publik dan Propaganda Jerman pada 13 Maret 1933 hingga 30 April 1945. Ia memiliki sebuah konsep Propagand Argentum ad Nausem atau lebih dikenal dengan teknik Big Lie — Kebohongan Besar, konsep tersebut menggunakan teknik pengulangan (repetisi). Dengan penyebaran suatu gagasan yang diulang-ulang sepanjang waktu, sehingga gagasan tersebut dinyatakan sebagai suatu kebenaran. Sederhana namun mematikan. Ada satu kutipan yang cukup terkenal dari Goebbels

"Kebohongan yang dikampanyekan secara terus-menerus dan sistematis akan berubah menjadi (seolah-olah) kenyataan! Sedangkan kebohongan sempurna, adalah kebenaran yang dipelintir sedikit saja,"

Efek single story telah banyak membunuh fakta yang sesungguhnya. Tak hanya dengan lisan secara langsung, single story banyak ”diedarkan” melalui berbagai media, seperti ; radio, televisi, internet, bahkan media cetak seperti buku. Buku yang akhirnya sukses menjual imajinasi penulisnya, hingga gagasan yang diulang-ulang ini dianggap menjadi sebuah kebenaran palsu.

Saya mengambil pengalaman dari seorang penulis asal Nigeria, Chimamanda Ngozi Adichie, mengenai fenomena single story sebagai contoh konkret. Adichie belajar Ilmu Kedokteran dan Farmasi di Universitas Nigeria selama satu setengah tahun, lalu ia pindah ke Amerika Serikat pada usia 19 tahun untuk belajar Ilmu Komunikasi dan Politik di Drexel University. Disanalah ia merasa terkejut, ketika teman sekamarnya menatap dirinya dengan tatapan iba saat pertama kali bertemu dengannya.

 

Sumber gambar : thecrimson.com

Menurut Adichie, cerita tunggal mengenai Afrika berasal dari literatur Barat. Seandainya ia tidak dibesarkan di Nigeria, maka ia juga akan mengikuti persepsi umum. Persepsi tentang bagaimana Afrika digambarkan menjadi sebuah benua yang penuh konflik, kemelaratan, kemiskinan, dan keterbelakangan yang serta-merta dijadikan fakta di mata dan telinga di berbagai belahan dunia. Namun, mungkin kita tidak pernah tahu jika Afrika adalah benua yang dihuni oleh negara-negara maju dengan sumber daya alam yang luar biasa dan sumber daya manusia yang jauh dari kata terbelakang. Dimana generasi mudanya belajar ke luar negeri dan berprestasi, seperti Adichie. Dan jangan lupakan, pahlawan revolusi anti-apartheid, Nelson Mandela berasal dari Afrika Selatan.

”Dalam cerita tunggal ini, tak ada celah bagi kemungkinan adanya persamaan antara orang-orang Afrika dengan manusia lainnya dalam segala hal. Tidak ada kemungkinan perasaan lain yang muncul selain rasa kasihan. Tak ada kemungkinan adanya hubungan sebagai sesama manusia yang sederajat," kutipan itu disampaikan Adichie dalam TED Conference pada tahun 2009. 

Disisi lain, tabiat single story yang dikemas dengan apik dimanfaatkan menjadi proses propaganda penguasa, seperti konsep Goebbels. Single story adalah sel terbentuknya berita bohong atau hoaks. Pengalaman Adichie merupakan contoh bagaimana kita harus menyikapi berbagai informasi yang diterima. Di budaya kita, banyak jenis cerita yang tumpang tindih. Single story sudah seperti makanan sehari-hari, entah itu dalam ruang lingkup terkecil maupun dalam skala dunia. Masyarakat harus lebih jeli mendengarkan, melihat dan menelaah semua informasi yang berkembang, agar tidak menjadi korban dari efek single story dan propaganda penguasa.

 

 

Penulis : Gangsi Suci Rahayu

Editor : Nira Yuliana