Resensi Buku: Tuhan Tunggu Sebentar Lagi

Resensi Buku: Tuhan Tunggu Sebentar Lagi

Ket. Gambar: Cover depan buku Tuhan Tunggu Sebentar Lagi karya Muhammad Syafi'ie el-Bantanie. (Sumber: Instagram @katalog.lapakbukujogja)

 

Identitas buku
Judul Buku: Tuhan Tunggu Sebentar Lagi
Pengarang: Muhammad Safi'ie el-Bantanie
Penerbit: Wahyu Qolbu
Cetakan ke: 1
Jumlah halaman: 161 halaman Tahun terbit: 2015
ISBN: 979-795-932-5

 

Buku ini menceritakan tentang seorang remaja bernama Dirlan Komananta, seorang non muslim yang sedang mencari kebenaran di dalam hidupnya. Dirlan sering merasa kesepian, karena kedua orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaannya. Ayahnya seorang kepala pegawai di Istana Presiden Yogyakarta, Ibunya seorang pengusaha catering yang cukup sukses, sementara kakak-kakaknya sibuk dengan dunianya sendiri. Saat itu Dirlan merasa terasingkan di tengah keluarganya.

Di tengah kesepiannya, ia dekat dengan seorang pegawai yang bernama Pak Sunardi, dari Pak Sunardi lah Dirlan mengenal Islam. Ketertarikan Dirlan pada Islam diawali dengan kecintaanya mendengarkan adzan, hampir setiap hari ia sengaja menyempatkan diri untuk mendengarkan adzan, karena baginya lantunan adzan sangat menarik hatinya. Ia juga sering memperhatikan Pak Sunardi berwudhu dan salat. Ketika kelas 1 SMP karena rasa penasarannya, Dirlan sering bertanya mengenai agama Islam kepada Pak Sunardi, jawabannya pun membuat Dirlan semakin tertarik pada agama Islam. Hingga akhirnya saat usia 16 tahun, Dirlan mengucapkan dua kalimat syahadat tepat di hari Jumat, maka salat pertama Dirlan sebagai muslim adalah shalat Jumat berjamaah. Hari itu menjadi hari yang paling berkesan bagi Dirlan.

Setelah masuk Islam, Dirlan semakin yakin dengan agama ini, sejak saat itu ia sudah mulai hafal bacaan salat, sehingga ia selalu menjalankan salat 5 waktu, salat sunah, membaca Al-Quran, Dzikir dan Doa. Dalam 24 jam hidupnya benar-benar Dirlan telah mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh. Sosok yang berjasa di balik hidayah besar ini bagi Dirlan ialah tentunya Pak Sunardi.

Usai lulus SMA, Dirlan melanjutkan kuliah di Universitas Atmajaya jurusan Arsitektur. Semasa kuliah, ia aktif dalam forum diskusi sehingga sering diajak diskusi mengenai agama oleh teman-temannya yang berbeda agama. Pada akhirnya, kegiatan diskusi itu membuat keimanannya semakin teguh. Bersyukur, setiap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya tentang agama Islam, ia mampu menjawab dengan baik. Namun, di sisi lain ia tetap menghormati teman temannya yang berbeda agama.

Setelah lulus kuliah, ia dan teman-temannya mendirikan sebuah usaha bersama di bidang konstruksi. Saat itu usahanya berkembang cukup pesat. Ia menjabat sebagai komisaris di perusahaan tersebut. Namun, ketika ia mengetahui dalam pemenangan tender melibatkan suap menyuap, ia memilih mundur dan meninggalkan perusahaan tersebut.

Setelah itu, ia memutuskan kembali kuliah dengan jurusan Perbankan. Usai lulus ia bekerja di Bank Swasta Nasional usai lulus dari kuliahnya. Sejak ia belajar banyak mengenai Islam, ia mengetahui bahwa apa yang sedang ia kerjakan itu merupakan riba. Lalu ia kembali memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya. Usai itu, ia berkesempatan mengikuti tes beasiswa untuk belajar bisnis di sebuah perguruan tinggi di Australia. Selain kuliah bisnis, ia memperoleh informasi tentang sekolah pilot.

Ketika dilihat jadwal kuliahnya, tidak berbenturan dengan jadwal kuliah bisnisnya. Ia memutuskan mendaftar sekolah pilot tersebut. Setelah dijalani, ternyata ia lebih menyukai sekolah pilot daripada sekolah bisnis. Akhirnya ia memutuskan untuk fokus sekolah pilot. Ketika lulus dari sekolah pilot ia langsung bekerja di maskapai penerbangan kapital. Namun, tak lama berkarir sebagai pilot, ia tak bisa berkompromi dengan kenyataan dunia pilot. Rupanya di dalam pesawat diperdagangkan minuman keras untuk para penumpang. Lagi-lagi ia meninggalkan pekerjaanya dan memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya yaitu, Yogyakarta.

Di sana ia membuka usaha rental mobil dan bekerja sebagai supir, pekerjaan tersebut ia pergunakan sambil mensyiarkan agama Islam dengan penyampaian yang ringan. Lambat laun usaha rentalnya berkembang dengan pesat, akan tetapi tak lama usahanya mendapatkan ujian yaitu karyawan kepercayaannya merampas mobil-mobil miliknya. Akibat kejadian itu, ia pergi ke Bogor untuk melanjutkan usahanya kembali, sampai akhirnya kemudian usaha rental mobil bisa berkembang pesat kembali. Setelah berkembangnya usaha ini, Dirlan kembali melanjutkan syiar agama Islam dengan penyampaian yang baik.

Kelebihan buku ini adalah bahasa yang disampaikan sangat mudah dipahami, selain itu pemilihan cover buku juga sangat menarik karena menggambarkan sesuai dengan isi bukunya. Di sini saya sebagai pembaca, sangat terkesan sekali dengan perjuangan hidupnya karena meskipun banyak ujian yang menimpanya ia tetap teguh dalam keimanannnya.

 

Penulis: Osep Saepudin

Editor: Fitriyatul Hasanah