Peringati May Day: Buruh Gelar Aksi dan May Day Fiesta 2023
Sumber gambar: Dok/LPM Progress/Valensiya
LPM Progress - Senin (01/5), telah berlangsung aksi di Istana Negara dan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK) dalam rangka memperingati May Day, kemudian dilanjutkan dengan May Day Fiesta di Istora Senayan yang diorganisir oleh Partai Buruh dan Organisasi Serikat Buruh.
Massa aksi membawa beberapa tuntutan seperti, cabut Omnibus Law Undang-Undang (UU) Cipta Kerja, sahkan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT) dan tolak RUU Kesehatan, hapus outsourcing dan tolak upah murah, reforma agraria dan kedaulatan pangan, cabut parliamentary threshold 4% dan presidential threshold 20% serta yang terakhir pilih presiden yang pro buruh dan kelas pekerja.
Edi Supriyanto selaku Ketua Pimpinan Unit Kerja (PUK) PT NOK Indonesia berlokasi di Cibitung, Bekasi yang bergerak di manufacturing menuturkan bahwa aksi di Patung Kuda untuk menyuarakan aspirasi buruh dan pekerja yaitu penolakan terhadap UU Nomor 6 Tahun 2023 terkait UU Cipta Kerja yang sangat menyengsarakan kaum pekerja karena pasal-pasal tersebut mendegradasi kesejahteraan para pekerja.
Tuntutan kedua di momen May Day juga menyuarakan penolakan terhadap RUU Kesehatan. Pada UU yang ada, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di bawah tanggung jawab presiden. Namun, dengan adanya RUU Kesehatan yang mengubah BPJS Kesehatan di bawah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tampak adanya konflik kepentingan.
"Dengan di bawah Kementrian Kesehatan, penugasan-penugasan menjadi banyak birokrasi sehingga pasti pelayanan kesehatannya memburuk menurut kami, dan juga pasti ada kenaikan iuran kesehatan, itu akan memberatkan kaum pekerja," jelas Edi.
Tuntutan ketiga, Edi meminta kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan pemerintah untuk segera mengesahkan UU PPRT karena UU ini yang akan memberikan perlindungan kepada Pekerja Rumah Tangga (PRT) agar lebih terjamin.
"Jadi kita tau bahwa PRT saat ini banyak terdiskriminasi, upahnya tidak layak kemudian jaminan kesehatannya juga tidak jelas, banyak diskriminasi bahkan kekerasan pada PRT baik di luar negeri maupun di Indonesia," terang Edi.
Hampir lebih dari 50.000 orang yang tergabung dalam aksi May Day. Empat konfederasi serikat buruh terbesar di Indonesia ikut di dalam rangkain May Day Fiesta yaitu Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), dan Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI). Kemudian Serikat Petani Indonesia (SPI) dan juga 60 Federasi Serikat Buruh tingkat Nasional yang ikut dalam aksi ini. Elemen lain yang bergabung dalam aksi May Day yang menjadi bagian dari Partai Buruh adalah Urban Poor Consortium, Buruh Migran, Jala PRT, Kelompok Buruh Informal, Serikat Buruh Perjuangan Indonesia (SBPI), Komite Aksi Transportasi Online (KATO), Perempuan yang bergabung di organisasi Cahaya, Forum Komunikasi Guru dan Tenaga Honorer (FKGTH).
Setelah menyuarakan aspirasi di depan Patung Kuda, massa aksi menuju ke Istora Senayan untuk melakukan perayaan May Day Fiesta. Acara tersebut berisikan orasi politik dari pimpinan-pimpinan Serikat Pekerja dan juga Partai Buruh, konferensi pers, penampilan teatrikal dan ditutup dengan pentas musik.
"Namun, kami tidak bisa masuk ke Istana Negara karena tidak diizinkan oleh pihak kepolisian, tapi kami bisa menerima dan memaklumi hal tersebut," ujar Said Iqbal selaku Presiden KSPI dalam Konferensi Pers yang diadakan di Istora Senayan.
Massa aksi berharap tuntutan mereka bisa didengar oleh pejabat negara dan penguasa pemerintah sehingga kedepannya kehidupan para pekerja semakin lebih baik. Adapun harapan bagi calon presiden yang akan berkompetisi bisa mendengar aspirasi para pekerja atau dapat dibuatkan kontrak politik yang berpihak kepada buruh, umumnya kepada rakyat Indonesia.
Penulis: Muftihah Rahmah
Editor: Naptalia