Diskusi dan Nobar untuk Menyambut Hari Perempuan Sedunia

Diskusi dan Nobar untuk Menyambut Hari Perempuan Sedunia

Keterangan Foto : (dok/pribadi/Velyda)

LPM Progress – Selasa (3/3) Kajian Gender dan Seksualitas Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sosial dan Politik (LPPSP), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) telah menyelenggarakan acara dengan tema "Seks, Pacaran, dan Perkawinan: Campur Tangan Negara Dalam Seksualitas" yang bertempat di Auditorium Gedung Komunikasi FISIP UI.
Kegiatan ini terdiri dari beberapa rangkaian acara seperti; talkshow, nonton bareng, dan diskusi bersama. Acara ini rutin diselenggarakan setiap tahun untuk menyambut hari perempuan sedunia yang diperingati pada tanggal 8 Maret. Tujuan diadakannya acara tersebut adalah untuk memberikan penerangan dan pengetahuan kepada anak muda mengenai seks dan pacaran.
“Alasan  mengapa tahun ini kami mengangkat tema tersebut karena banyak pola ketidaksetaraan dalam relasi antar satu orang dengan orang lainnya baik dalam hanya partner seks, pernikahan, dan pacaran. Dan kami juga menemukan gunjing-gunjing mau tersendatnya RUU PKS dan naiknya RUU Ketahanan Keluarga,” ujar Sabina selaku Koordinator acara (3/3).
"Kami tidak berharap mereka untuk setuju tentunya, justru kami memantik mereka untuk diskusi jika tidak ada yang setuju,” tambah Sabina.
Salah satu pengunjung menuturkan alasan mengapa dirinya menghadiri acara tersebut adalah karena materi yang dibahas dalam sesi nonton bareng film dokumenter mengenai aborsi dan diskusi bersama, berkaitan dengan mata kuliah sosiologi keluarga yang sedang dihadapinya. Ia ingin mengambil hal-hal yang berkaitan dengan keluarga, seperti kehamilan yang tidak direncanakan hingga berujung aborsi 
“Ternyata ada cara aborsi sehat yang dilegalkan seperti di Belanda, sementara di Indonesia bener-bener gak ada celah untuk itu,” ucap Dani, salah satu mahasiswa dari Prodi Sosiologi semester 4 (3/3).
Mengutip dari tirto.id, WHO memperkirakan 55,7 juta aborsi setiap tahun di dunia, dan 45 persennya atau 25,1 juta aborsi terindikasi tidak aman, menyebabkan 13 persen kematian ibu di seluruh dunia. Angka ini dapat melonjak pada negara dengan hukum aborsi yang sangat ketat seperti Indonesia.
"Dengan adanya kegiatan seperti ini semoga perempuan-perempuan yang terpaksa melakukan aborsi bisa mendapat bantuan dan dukungan untuk memiliki kesempatan, agar mempunyai harapan untuk masa depannya. Dari pada mengurusi bayi yang hadir karena pemerkosaan,” tambah Dani.
Sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pun turut hadir untuk berpartisipasi dalam acara ini. 
“Kajian Gender dan Seksualitas LPPSP UI juga berjejaring dengan gerakan-gerakan perempuan seperti aliansi satu visi, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Samsara, dan Perempuan Mahardhika,” pungkas Sabina.
"Harapannya semoga perempuan menjadi berdaya untuk mengambil keputusan-keputusan yang terbaik untuk hidupnya sendiri,” ucap Novi, salah satu pengunjung acara ini.
Seperti yang Novi harapkan, semoga dengan adanya kegiatan atau acara seperti ini dapat menambahkan kesadaran masyarakat, agar perempuan dapat terbebas dari belenggu yang kerap membatasi dirinya untuk mengekspresikan diri dan memutuskan pilihan hidupnya sendiri.

 


Penulis  : Velyda Noer Praniasty
Editor    : Nira Yuliana