Film Aum!, Saat Kebebasan Berekspresi Menjadi Barang Langka
Sumber gambar: bioskoponline.com
Orde baru, momentum sejarah yang sangat dikenal luas oleh khalayak umum, ketika kebebasan berekspresi menjadi barang mahal yang sulit didapatkan dan perlu diperjuangkan dengan gigih. Hidup di bawah bayang-bayang penguasa yang otoriter dengan senjata utamanya militer, bukan hidup yang biasa-biasa saja. Ketika berani mengkritik maka taruhannya ialah nyawa. Seperti yang terjadi pada kawan-kawan aktivis '98. Dilansir dari merdeka.com, ada 5 dari 13 aktivis yang hilang secara misterius, mereka semua adalah orang-orang yang vocal terhadap kebijakan-kebijakan pada masa orde baru.
Semua kondisi itu berhasil divisualisasikan dalam sebuah film yang berjudul Aum!, yang rilis pada 30 September 2021 di Bioskop Online. Film ini diperankan oleh Chiko Jerikho sebagai Panca, Jefri Nichol sebagai Satriya, Aksara Dena sebagai Adam dan Agnes Natsya sebagai Linda.
Film Aum! merupakan film yang bergenre drama dengan latar belakang kondisi politik menjelang 1998, tetapi pada nyatanya film ini lebih mirip dengan Mocumentry, sebab film ini menceritakan sulitnya membuat film pada saat itu yang dikemas mirip dengan metode dokumenter. Menurut Wikipedia Mocumentry adalah jenis film/acara televisi yang menggambarkan peristiwa fiksi tetapi disajikan secara dokumenter.
Film yang menceritakan sekelompok orang yang hendak membuat film dengan kondisi yang sangat sulit untuk mengekspresikan pendapatnya, sebab keamanan diri dan kelompok menjadi taruhannya. Secara keseluruhan film ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian pertunjukan dan perjalanan.
Pada bagian pertunjukan, sutradara Bambang Kuntara Mukti/Ipoenk berusaha menggambarkan nuansa menggetirkan ketika ada aktivis pro demokrasi yang lantang terhadap suatu perubahan yang diinginkan yaitu reformasi, tetapi berujung pada target penangkapan militer. Satya menjadi salah satu target operasi militer, ia dikejar oleh beberapa orang berpakaian hitam karena menjadi target operasi selanjutnya setelah masuk daftar panjang pencarian aktivis lainya.
Saat terjadi kejar-kejaran yang hebat antara Satriya dengan militer, ada seseorang yang mencoba menyelamatkannya dan ternyata ia adalah Adam. Adam merupakan kakak dari Satya yang bekerja sebagai militer, ia ditugaskan untuk menangkap Satriya dan kawan-kawan aktivis lainnya. Tetapi, ia justru berusaha mengamankan adiknya untuk segera menghilang supaya jejaknya tidak diketahui.
Selanjutnya pada bagian perjalanan, kita diberikan gambaran proses shooting yang begitu menegangkan dalam bentuk dokumenter nuansa 90'an. Proses ini direkam oleh wartawan asal Amerika yaitu Paul Whiteberg.
Pada bagian 'perjalanan' Linda, berperan sebagai produser dari film tersebut. Ia menjelaskan saat briefing awal kepada kru dan pemain untuk selalu merahasiakan proses produksi film. Linda pun hanya memilih orang-orang yang dekat dengannya saja karena dikhawatirkan ada yang membocorkannya kepada pihak yang berwajib.
Selain orang-orang yang terlibat dalam produksi filmnya dibatasi, ada juga hal yang dibatasi penggunaannya yaitu alat-alat produksi film seperti kamera. Digambarkan dalam film tersebut kamera yang digunakan oleh kelompok itu hanya menggunakan Handy Cam yang dipinjam dari saudara Linda dengan tujuan agar tidak terlalu mencolok ketika proses shooting. Alasan menggunakan kamera yang sederhana, selain biaya produksi yang murah juga faktor keamanan menjadi hal paling utama untuk kru dan para pemain yang terlibat.
Beberapa adegan pun dimainkan dengan hati-hati, diantaranya saat ada adegan kejar-kejaran antara Satya dengan militer di area rumah susun. Saat adegan kejar-kejaran yang sangat berisik, Linda pun menegur sutradara yaitu Panca agar lebih pelan-pelan untuk meminimalisir kegaduhan di area tersebut dan berujung pelaporan ke pihak berwajib.
Dari beberapa adegan dalam film tersebut, dapat menggambarkan realitas kondisi sosial politik yang sangat menegangkan pada saat itu. Kewaspadaan dan semangat yang tinggi itulah hal yang perlu ada untuk bertahan hidup demi tercapai perubahan yang diharapkan.
Film yang sangat menarik ini bisa menjadi daftar tontonan kita selanjutnya. Sebab selain isi film yang berbobot dengan mengangkat isu yang sensitif saat gejolak 1998, pengambilan gambar pada film ini juga dibuat begitu bagus dengan perpaduan antara non dokumenter dengan dokumenter sehingga membuat nuansa jadi lebih realistis.
Tapi sangat disayangkan ada beberapa adegan yang dimainkan secara explisit sehingga membuat penonton harus berfikir lebih untuk mencerna informasi apa yang ingin disampaikan oleh sutradara.
Penulis: Wahid Abid
Editor: Syntha Dolsar